Kamus Astronomi Islam

Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)

Hizbut Tahrir pertama kali dirintis di kota al-Quds (Jerussalaem) pada tahun 1372 H/ 1953 dibawah seorang yang alim yaitu al-Ustadz Taqiyuddin an-Nabhani. Menurut salah satu riwayat partai politik ini berkembang di Indonesia sejak tahun 1981 di Bogor oleh Abdurrahman al-Bagdadi dan pada tahun 1994 dikembangkan di Yogyakarta. Dalam menentukan awal Ramadan dan Syawal HTI berpegang pada hasil rukyat global, yakni hilal yang terlihat di suatu daerah berlaku untuk seluruh kaum muslimin. Hal ini dikarenakan hadis-hadis yang berkaitan dengan rukyat bersifat umum. Ini menunjukkan bahwa rukyat yang dimaksud adalah rukyat dari siapa saja, sedangkan ikhtilaful matali` (perbedaan matlak), yang digunakan oleh sebagian ulama sebagai alasan untuk berbeda dalam berpuasa dan beridul fitri merupakan fakta untuk penetapan hukum sesuai dengan perkembangan sosio-historis yang dijumpai oleh ulama terdahulu. Pada saat itu kaum muslimin tidak dapat menginformasikan berita hasil rukyat ke seluruh penjuru dunia yang amat luas dalam waktu satu hari, karena sarana komunikasi sangat terbatas. Namun pada saat sekarang, sarana komunikasi yang tersedia dapat digunakan untuk menyebarkan berita ke seluruh penjuru dalam beberapa detik, seperti internet, telepon, televisi, dan radio. Dalam hal ini HTI berkomunikasi secara langsung dengan anggota Hizbut Tahrir lainnya, baik yang berada di Indonesia maupun yang di luar negeri. Sementara itu untuk menentukan Idul Adha HTI mengikuti Mekah dengan menjadikan wukuf di Arafah sebagai standarnya. Rasulullah saw. tidak pernah menyerahkan wewenang penetapan ibadah haji, mulai wukuf di Arafah, tawaf, melempar jumrah dan sebagainya berdasarkan penduduk Madinah, apalagi Indonesia. Beliau hanya mendasarkan pada rukyat Mekah.