Planetarium dan Observatorium Jakarta
Sarana wisata pendidikan yang menyajikan pertunjukan/ peragaan simulasi perbintangan atau benda-benda langit. Pengunjung diajak mengembara di jagat raya untuk memahami konsepsi tentang alam semesta melalui acara demi acara. Planetarium ini dibangun oleh pemerintah Indonesia mulai tahun 1964, atas gagasan Presiden Soekarno. Pada waktu itu Presiden sangat mengharapkan rakyat Jakarta pada khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya, sedikit demi sedikit meningkat pengetahuannya mengenai benda-benda langit, gerhana, tatasurya, galaksi, dan sebagainya. Berdirinya planetarium menurut pendapatnya merupakan suatu jawaban yang tepat untuk memenuhi harapan itu. Pada tanggal 1 Maret 1969 Planetarium Jakarta dibuka untuk umum dengan menggunakan proyektor universal buatan perusahaan Carl Zeiss, yang mampu memproyeksikan ganbar-gambar matahari, bulan, planet, bintang, komet, dan lain-lain. Sebagai lembaga yang secara konsisten telah berkiprah mensosialisasikan dan mempopulerkan astronomi serta menjembatani antara dunia sains dengan masyarakat umum. Planetarium dan Observatorium Jakarta secara formal telah memberikan kontribusi nyata kinerjanya dalam kegiatan hisab dan rukyat sejak tahun 1974 yang terus berkesinambungan sampai sekarang. Pada tahun itu Planetarium dan Observatorium Jakarta bersama instansi lain yang terkait dengan hisab dan rukyat, seperti Observatorium Bosscha ITB, LAPAN, BMG, Bakosurtanal, dan Dinas Hidro-Oceanografi TNI AL diikutsertakan dalam keanggotaan Badan Hisab Rukyat (BHR) Departemen Agama RI yang dibentuk pada tahun itu. Badan tersebut bertugas memberikan masukan berupa data-data dan pertimbangan ilmiah kepada Menteri Agama RI dalam penetapan (Itsbat) pelaksanaan hari-hari besar keagamaan serta pembuatan Taqwim Standar Indonesia.