Tokoh Astronomi Islam

...
Ichtijanto SA, S.H

dilahirkan di Magelang 13 Rabiul awal 1360 H/ 10 April 1941 M. Karirnya dimulai pada tahun 1381 H/ 1961 M sebagai pegawai Departemen Agama dan dilanjutkan dengan jabatan Kepala Subdit Pendidikan Agama, Kepala Bagian Perencanaan dan Perundang-undangan dan sebagai Direktur Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam. Pada tahun 1398 H/1977 karena jabatannya, berfungsi sebagai Ketua Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama dan kemudian mengikuti Konferensi Kalender Islam di Istanbul Turki (1399 H/1978 M) dan di Tunisia (1402 H/1981 M). Buku Almanak Hisab Rukyat Departemen Agama RI adalah salah satu idenya yang kemudian terwujud guna dokumentasi dan pengembangan studi hisab- rukyat di Indonesia.

Selengkapnya..
...
Ulugh Beg

Nama lengkapnya adalah Muhammad Taragai Ulugh Beg, di Barat dikenal dengan Tamerlane. Lahir di Soltamiya pada tahun 1394 M/797 H dan meninggal dunia pada tanggal 27 Oktober 1449 M/853 H di Samarkand, Uzbekistan. Ulugh Beg merupakan seorang Turki yang menjadi matematikawan dan ahli falak, dikenal sebagai pendiri observatorium, pendukung pengembangan astronomi. Ulugh Beg (raja besar) dikenal sebagai penguasa di Transoxiana Samarkand menggantikan ayahnya Shahrukh, sebagai direktur observatorium Samarkand pada 1447 M/851 H. Observatorium yang merupakan observatorium non optik terbesar di Dunia dengan alat fahri sextant (mempunyai radius 40 meter) itu sayangnya hanya bertahan selama dua tahun. Ulugh Beg dibunuh oleh pembunuh bayaran atas suruhan puteranya (Abdul Latief) pada 27 Oktober 1449 H/853 H. Akhirnya observatorium Samarkand itu tak terurus dan runtuh. Reruntuhannya baru diketemukan lagi pada tahun 1908 M/1326 H oleh arkeolog V.L Vyatkin. Hasil observasi Ulugh Beg beserta sejawatnya terhimpun antara lain dalam Zij Jadidi Sulthani.

Selengkapnya..
...
Ibrahim Hosen, K.H

Salah seorang ulama yang menggagas mazhab negara dalam penentuan awal bulan Ramadan dan Syawal. Menurutnya penetapan awal Ramadan dan Syawal merupakan wilayah fikih yang bersifat ijtihadi. Karena itu perlu campur tangan pemerintah agar tercipta kebersamaan dan keharmonisan. Adapun tulisannya yang berkaitan hisab dan rukyat adalah Penetapan Awal Ramadhan dan Syawal, Bagaimana Seharusnya Sikap Kita (1988) dan Penetapan Awal Bulan Qamariyah menurut Islam dan permasalahannya (1994).

Selengkapnya..
...
Djoni N. Dawanas

Sarjana jurusan Astronomi pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITB (1975 M/1395 H) yang kemudian melanjutkan studinya di Universite des Sciences et Tehniques du Languedoq, Monpellier Prancis, dan memperoleh gelar doktor pada tahun 1981 M/1402 H. Disamping menekuni tugasnya sebagai staf pengajar pada jurusan Astronomi FMIPA ITB, aktif pada Himpunan Astronomi Indonesia. Sejak tahun 1982 M/1403 H sampai tahun 1992 M/1413 H beberapa kali menjadi peneliti tamu pada Departement of Astronomy, Kyoto University Jepang dan Amsterdam University. Puluhan hasil penelitian tentang astronomi dipublikasikan baik di luar maupun di dalam negeri. Sejumlah karangan ilmiah populernya dari tahun 1975 M/1395 H sampai tahun 1985 M/1406 H dimuat di Harian Kompas, Sinar Harapan dan Pikiran Rakyat. Adapun buku-buku yang telah dihasilkannya adalah Gerhana Matahari 11 Juni 1983 (Balai Pustaka, 1982 M/1403 H), Gerhana Matahari Total (Gramedia, 1983 M/1404 H), Komet Pengembara di Tata Surya, Pengikut Planet, Matahari dan Planet ketiga-tiganya diterbitkan oleh Wijaya (1977 M/1398 H), Kontroversi Sekitar Penentuan Awal Bulan Ramadhan dan Syawal, Kemungkinan Penampakan Hilal untuk Penentuan Awal Ramadhan dan Syawal 1414 H, dan Kriteria Penampakan Hilal untuk Awal Bulan Ramadhan dan Syawal.

Selengkapnya..
...
Djarnawi Hadikusumo

Salah seorang pemerhati persoalan hisab rukyat, dilahirkan di kampung Kauman, Yogyakarta pada hari Ahad tanggal 4 Juli 1920 M/1338 H dan meninggal dunia pada tanggal 26 Oktober 1993 M/11 Jumadal Ula 1414 H. Djarnawi merupakan tokoh yang terkenal di kalangan Muhammadiyah, ia bersama-sama dengan H. AR. Fachruddin dan H.M. Mawardi diberi tugas untuk menggodok bahan-bahan rumusan kepribadian Muhammadiyah yang telah disampaikan oleh tokoh-tokoh senior Muhammadiyah seperti K.H. Fakih Usman, K.H. Faried Ma`ruf, K. H. Wardan Diponingrat, Hamka, Moh. Djindar Tamimiy, dan M. Sholeh Ibrahim. Melalui kerja keras, akhirnya rumusan kepribadian Muhammadiyah dapat diselesaikannya. Djarnawi termasuk salah seorang pemikir dan penulis yang produktif dibandingkan tokoh-tokoh seangkatannya. Tulisan-tulisannya yang berkaitan dengan persoalan hisab-rukyat diantaranya adalah : Hisab dan Rukyat dan Mengapa Muhammadiyah Memakai Hisab.

Selengkapnya..
...
Turoihan Ajhuri Asy-Syarofi, K.H

Sosok ulama kharismatik yang ahli ilmu falak. Pernah nyantri di pesantren K.H. Abdul Djalil Hamid di Kudus. Ia dilahirkan di Kudus pada tanggal 15 Maret 1915 M/1334 H dan meninggal dunia pada hari Jum`at, 20 Agustus 1999 M bertepatan dengan 8 Rabiul Akhir 1420 H. Yi Tur demikian sapaan akrabya, tercatat sebagai salah satu keturunan ke-16 Sunan Kudus, salah satu dari walisongo, penyebar Islam di tanah Jawa. Ketekunan Yi Tur terhadap ilmu falak muncul sejak kecil hingga dewasa. Menurut informasi dari beberapa ulama di Kudus, Yi Tur saat masih muda tergolong anak cerdas. Terbukti sejak berusia 15 tahun ia sudah mampu mengajar di Madrasah Tasfiqut Tulab Salafiyah (SFS) tingkat atas, Kudus. Reputasinya sebagai pakar ilmu falak sudah terdengar sejak zaman Jepang. Ia seringkali diminta menghitung jatuhnya hari awal dan akhir bulan Ramadan. Maka Turoihan muda itu terdorong untuk menyusun almanak 1945 M/1364 H yang kemudian dicetak Penerbit Menara Kudus. Sejak itulah kalender buatan kiai yang belajar ilmu falak secara otodidak itu disebut dengan Almanak Menara Kudus (AMK). Pada tahun 1951 M1371 H penanggalan hasil karyanya telah menjadi rujukan bagi sebagian besar warga NU di seluruh Indonesia. Melalui karya-karyanya, Yi Tur memberikan kontribusi positif kepada NU dan Pemerintah, khususnya dalam bidang penanggalan. Nama Yi Tur semakin dikenal masyarakat secara nasional terutama bila mendekati bulan puasa, menentukan tanggal 1 Syawal dan Idul Adha. Almanak produk Menara Kudus yang menjadi karya monumental Yi Tur pertama kali diterbitkan oleh Percetakan Masykuri Kudus pada tahun 1942 M/1361 H dan kemudian, sejak 1950 M/1370 H hingga kini, diterbitkan oleh Percetakan Kitab Menara Kudus.

Selengkapnya..
...
Farid Ruskanda, S, Dr. Ir. H. M.Sc

Salah Seorang Penggagas Teleskop Rukyat, Dilahirkan Di Bandung 28 Maret 1948. S1 Teknik Fisika ITB Diselesaikannya Tahun 1974, S2 (M.Sc Applied & Modern Optics) Dituntaskan Di Reading University Inggris Pada Tahun 1978. Pada Tahun 1988 Ia Mencapai Gelar Doktor Dalam Bidang Ilmu Pengetahuan Tehnik Pada ITB. Ia Aktif Menulis Tentang Hisab-rukyat Di Berbagai Harian, Disamping Mengikuti Seminar Hisab-rukyat. Tulisan-tulisan Dimaksud Diantaranya : Iptek Untuk Menjembatani Perbedaan Rukyah Dan Hisab (1993), Memahami Wajah Hilal (1995), Sistem Dua Tarikh Dan Perlunya Kesemptan Kalender Islam (1995), Permasalahan Hisab Rukyah Dan Memahami Kontroversi (1995), 100 Masalah Hisab & Rukyat Tellaah Syari`ah, Sains Dan Teknologi (1996), Sekali Lagi Tentang Teleskop Rukyah (1996), Dan Bisakah Hisab Sepenuhnya Menggantikan Rukyat (2002).

Selengkapnya..
...
Yusuf al-Qaradlawi

Salah seorang ulama dan pemikir Islam abad ini yang menyerukan penggunaan hisab dalam menetapkan awal dan akhir Ramadan, demi memperkecil perbedaan yang biasa terjadi saat memasuki awal puasa dan Idul Fitri. Baginya hadis-hadis tentang rukyat harus dibaca secara situasional-kontekstual. Pada saat itu, perintah penggunaan rukyat dalam menetapkan awal Ramadan dan Syawal sangat relevan dengan kondisi masyarakat setempat. Namun kini peradaban manusia sudah berkembang pesat dan didukung teknologi yang canggih, penggunaan hisab merupakan solusi yang terbaik. As-Subki dalam Fatawa nya, sebagaimana dikutip Yusuf al-Qaradlawi menyebutkan hisab adalah qath`i, sedangkan rukyat adalah zanny. Karena itu bagi Muhammad Syakir penggunaan hisab di era modern merupakan sebuah keniscayaan. Hal itu mengingat bahwa hukum tentang penetapan masuknya bulan dengan rukyat, dikaitkan dengan suatu sebab (illat) yang dijelaskan oleh as-Sunnah itu sendiri. Padahal "sebab" tersebut di masa sekarang, telah tiada lagi, dan seperti telah ditetapkan, setiap hukum berjalan bersama illahnya, dalam keberadaannya ataupun ketiadaannya.

Selengkapnya..
...
Wan Mohd Shaghir Abdullah

Nama lengkapnya Haji Wan Mohd. Shaghir bin Haji Wan Abdullah bin Haji Wan Abdur Rahman bin Haji Wan Abu Bakar bin Wan Ma`aris bin Cik Wan Taksim al-Qumari al-Juhuri bin Datuk Bendahara Lingkai al-Juhuri al-Fathani, dilahirkan pada hari Jum`at 9 Ramadan 1364 H/ 17 Agustus 1945 M. Ia merupakan salah seorang ulama dari Malaysia yang berjasa memperkenalkan ulama-ulama falak terkemuka di dunia Melayu, seperti Syekh Ahmad al-Fathani, Syekh Tahir Jalaluddin, Syekh Abdullah Fahim, dan Kiyai Muhammad Saleh al-Fathani. Wan Mohd Shaghir melakukan pengembaraan selama 48 tahun untuk mengumpulkan karya-karya ulama Melayu ke berbagai negeri, seperti Malaysia, Sumatera, Sulawesi, Jawa, Kepulauan Borneo, Kalimantan Barat dan Selatan,.Sabah, Serawak, Brunai Darussalam, dan Singapura. Hal ini dilakukan karena mendapat wasiat dari ibunya untuk meneruskan usaha yang telah dirintis datuknya. Hasil kerja keras ini memperoleh respons positif dari pemerintah. Pada tahun 1977 ia dilantik oleh Kementerian Kebudayaan, Belia, dan Sukan Malaysia untuk menyelesaikan buku mengenai ulama Asia Tenggara. Wan Mohd. Shaghir memiliki koleksi yang sangat lengkap tentang karya-karya falak di dunia Melayu. Usaha yang dilakukan untuk memperkenalkan ulama-ulama falak tersebut adalah mengkompilasi karya dan memamerkan dalam seminar falak di Malaysia melalui Khazanah Fathaniyah serta menulis artikel di berbagai media massa seperti Utusan Malaysia (Bahagian Agama, Ruangan Ulama Nusantara setiap hari Senin) dan Berita Harian (Bahagian Agama, Ruangan Ensiklopedi Nusantara setiap hari Selasa). Karyanya dibidang falak adalah Syeikh Tahir Jalaluddin Ahli Falak Dunia Melayu, Pedoman bahagia Paparan Istilah Falak, Ilmu Hisab Matematik Agung Melayu, dan Kiyai Shalih al-Fathani – Ahli Falak Nusantara.

Selengkapnya..
...
Wahyu Widiana, Drs, M.A

Dilahirkan di Ciawi-Tasikmalaya pada tanggal 18 Agustus 1952 M/29 Zulhijjah 1371 H, adalah ahli falak yang kini menduduki jabatan sebagai Dirjen Badan Peradilan Agama di lingkungan Mahkamah Agung RI. Jabatan sebelumnya adalah Direktur Peradilan Agama di lingkungan Departermen Agama RI. Pernah menjadi Asisten Luar Biasa pada Fakultas Syari`ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (1976-1977 M/1397-1398 H). S1 diselesaikan di Fakultas Syari`ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan S2 diselesaikan di University of Michigan Amerika Serikat. Sejak menjadi mahasiswa telah dipercaya menjadi Asisten Dosen dalam Ilmu Falak dan sejak 1980 M/1401 H diangkat menjadi Anggota Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama Pusat. Karya tulisnya yang ada hubungannya dengan masalah hisab rukyat adalah International Date Line dalam hubungannya dengan Sholat Jum`at, Kedudukan Ijtima sebagai Pedoman dalam menentukan Awal Bulan Qamariyah, Pelaksanaan Rukyatul Hilal di Indonesia, Penetapan Idul Adha di Indonesia, Rukyatul Hilal on Indonesia, dan Kriteria Imkanurrukyah Menurut Kerjasama Negara-negara MABIMS.

Selengkapnya..